Hi, creatures!! Welcome to ~Dreams within a Dream~.the castle of my blabberation and place where I'll never awake. =)
Disclaimer
My Blog, My RULES : No ripping, spamming, and any type of childish acts. Respect is a must. I'll put credit for everything that are not mine. Please tell me if you find anything disrespect or unappropriate, I'll take an action ASAP. cheers =)
Best-viewed with screen resolutions 1024x768.
?Enjoy your stay and have fun!?
Navigations

Profile Blog Visitors Joined Linkies Credits
a lil' bit of ME
Hi, Visitors/Aliens/Strangers! I'm Lily/Lie, but some friends call me 'Dugong' (don't even think to ask me why) or 'Zhen" (sorta my chinese last name).

Doing...
Feeling : drooling over Sprouse bros ><
Doing : make a change :)
Watching : The Suite Life on Deck
Listening to : favourite girl - JB

Tagboard

Labels
| Arty Thingys | Britney Spears | Digital n Manual Artwork | Download | Foodism | Gossip Girl | Greeting | Heart.It | K-pop | Movie Theater Butter | Nail Art | Nationalism | Natter n Nagging | Random Blabber | RanfromNet posts | Recommended | Super Junior | School | Touching Moment | Tutorial | Vlog | zzzlmao |

Rotten Things
November 2009 | December 2009 | January 2010 | February 2010 | April 2010 | May 2010 | July 2010 | August 2010 | September 2010 | November 2010 | December 2010 | February 2011 | December 2011 |

My Bunny Gave Birth o^w^o~!!
Glasses it Up =)
Warmer Greeting (I ♥ Christmas Season)
Random post
Britney in 2010 Guinness Book of World Record! and...
Line Art
Bragging too much
Bipolar Disorder
Start all Over Again :)
HJSplit 'Joining' Tutorial

'Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Asing di Negeri Sendiri'
Written at Monday, February 1, 2010 | back to top

Haii..aku mau pake bahasa indonesia aja kali ini, karena post ini memang di utamakan buat orang Indonesia..hehe =)

Artikel di bawah ini sebenarnya aku buat untuk tugas akhir semester kenaikan kelas, dan menurutku tema yang ditentukan guruku ini 'ngena' banget..

'BAHASA INDONESIA MENJADI BAHASA ASING DI NEGERI SENDIRI'

Pasti kita langsung merasa tersindir mendengarnya, karena memang sekarang kita suka sekali menyelipkan bahasa  inggris pada perbincangan sehari-hari..
Dan untuk pembuatan artikelnya, aku mengambil fakta dan dasar dari 2 sumber, terus aku kembangin dan kasih argumen, tapi karena waktu itu nggak kepikiran mau dimasukin ke blog artikelnya, jadi aku nggak inget-inget sumbernya dari mana aja.. jadi kalo yang merasa pernah membaca bagian tertentu atau bahkan anda yang membuat bgian tertentu itu, kasih tau aja ke aku, nanti aku kasih credit =)

Artikel ini murni buat tugas akhir dan tidak ada niatan menyindir =) ...langsung aja, ya... agak panjang sih artikelnya.. 4 halaman Ms Word A4  ... XD XD

PENGARUH BAHASA ASING PADA BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Asing di Negeri Sendiri

Persaingan global semakin membuat setiap manusia di muka bumi ini berlomba – lomba untuk menjadi yang lebih baik. setiap manusia harus bisa menjadi pengambil keputusan yang fleksibel. Tidak hanya itu, keinginan manusia untuk menjadi nomor satu memaksa manusia untuk bisa mengenal dunia luar.
Zaman sekarang, hanya bisa menggunakan satu bahasa saja sangatlah sulit untuk bisa masuk dalam kompetisi global. Apalagi posisi negara kita yaitu sebagai negara berkembang yang masih memerlukan bantuan dan kontribusi dari negara lain khususnya negara maju. Dan dengan apakah agar kontribusi itu bisa diterima ? Apalagi kalau bukan BAHASA .
Setiap individu dituntut setidaknya bisa menggunakan satu bahasa asing. Untuk bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang dari negara lain, individu tersebut paling tidak harus bisa Bahasa Inggris. 
Bahasa Inggris, dimana merupakan bahasa asing di negara indonesia, mempunyai peranan besar bagi Indonesia itu sendiri, pengaruh yang diberi pun beraneka ragam. Ada yang memberikan pengaruh positif dan tidak jarang juga ada yang meberikan pengaruh negatif.
Dengan keberadaan Bahasa Inggris ( bahasa asing ) sebagai bahasa internasional, pendidikan Indonesia mulai dari taman bermain sampai dengan universitas memiliki kurikulum dan pelajaran tentang Bahasa Inggris. Ini dilakukan agar sumber daya manusia indonesia dapat ikut andil dalam globalisasi dunia dan tidak menjadi katak dalam tempurung. Pengaruh yang cukup positif bukan?
Pengaruh negatif bahasa asing itu sendiri cukup besar pengaruhnya bagi Indonesia. Belakangan, pengaruh negatif itu semakin kental terlihat dari cara generasi muda berbicara. Mereka mencampuradukkan berbagai bahasa dalam hanya sebuah kalimat. Tidak sedikit pula yang merasa lebih ‘gaul’ jika bisa berbahasa campuraduk seperti itu.
Memang sudah sewajarnya jika kita menggunakan bahasa asing untuk berinteraksi dengan orang yang tidak bisa Bahasa Indonesia, tapi kenapa sekarang sering terdengar selipan-selipan bahasa asing dalam interaksi antar orang Indonesia bahkan dalam perbincangan sehari-sehari?
“Aunt Nina, I want to cut my hair, tapi mom bisa very very angry cause she likes my hair panjang, so please cut my hair pendek saja, okay?”.
Kalimat seperti itu terdengar tidak asing lagi di telinga kita. Artis Cinta Laura misalnya, dia selalu saja menyelipkan bahasa asing dalam kalimatnya dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan lafal yang aneh. Meskipun dengan alasan tidak begitu bisa Bahasa Indonesia, apakah setelah sekian tahun tinggal di Indonesia tidak membuatnya fasih berbahasa indonesia? Dan gaya bicara seperti ini, yang di campuradukkan, justru sekarang menjadi ‘tren’. Munculnya sekolah internasional di penjuru kota-kota besar semakin membuat ‘tren’ ini menjamur, karena murid-murid sekolah Internasional yang selalu dituntut menggunakan Bahasa Inggris. Sebenarnya ini bukan suatu kesalahan untuk menggunakan Bahasa Inggris di sekolah Internasional, kesalahan sebenarnya terletak pada individu-individu dari sekolah Internasional yang lalu tidak mau mengenal Indonesia dan tidak dapat membatasi diri mereka sendiri sebagai orang Indonesia dengan ‘dunia Internasional’ mereka, sehingga memperlihatkan lunturnya rasa nasionalisme, dan menjadi ‘Internasionalisme’. Tidak hanya itu, Majalah-majalah pun berusaha meng-inggris-kan rubrik-rubriknya. Bahkan, politikus kerap menyelipkan kata-kata bahasa asing, meskipun itu sekadar kata memberi semangat seperti ‘fighting!’, tapi kenapa tidak menggunakan kata ‘semangat!’ saja? Ironisnya lagi, para pemimpin berkoar-koar agar kita mencintai tanah air kita ini dan meningkatkan nasionalisme kita, namun mereka menyelipkan bahasa asing dalam penyampaiannya itu, seakan-akan mereka kewalahan dalam menggunakan Bahasa Indonesia secara penuh.        
Apakah Bahasa Indonesia sebegitu miskin kosakata, sehingga kita perlu menggunakan bahasa asing untuk mengekspresikan apa yang mau kita ungkapkan? Padahal KBBI revisi ke-4 yang diluncurkan 2008 pada Kongres Bahasa Ke-9 pada 28 Oktober 2008 yang lalu memuat sekitar 100.000 lema atau bertambah 22.000 lema hasil serapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.
Ataukah masyarakat Indonesia sudah berubah menjadi masyarakat dwibahasawan? Seperti di Belgia yang menetapkan Bahasa Belanda dan Perancis sebagai bahasa Negara, Finlandia dengan Bahasa Find dan Bahasa Swedia? Atau di Montreal Kanada, di mana Bahasa Inggris dan Perancis dipakai secara bergantian oleh warganya? Rasanya sangatlah tidak tepat menyimpulkan demikian, karena yang terjadi di Indonesia saat ini adalah situasi di mana masyarakat tidak berbahasa inggris, berbahasa Indonesia pun tidak.
Bahasa Indonesia memang bukan bahasa Ibu sebagian besar rakyat Indonesia. Bahasa Ibu sebagian besar rakyat Indonesia adalah bahasa informal yang tidak memiliki aturan baku atau bahasa daerah tempat tinggal. Menurut peta bahasa yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Depdiknas, saat ini Indonesia memiliki lebih dari 746 bahasa daerah dan 17.508 pulau. Sungguh kekayaan yang sangat ternilai, namun juga berpotensi memecah belah kita karena perbedaan bahasa, karena itulah Bahasa Indonesia ada, sehingga bisa menjembatani perbedaan-perbedaan tersebut. Bila kita pergi ke pelosok atau pinggiran kota, Bahasa Indonesialah yang akan kita pergunakan, bukan? apakah kita akan menggunakan bahasa asing untuk berkomunikasi? Siapa yang akan mengerti maksud kita? Kita hanya akan dikira orang aneh yang sedang berbicara dalam bahasa planet.
Keanekaragaman ini sudah disadari para pejuang kemerdekaan pada awal abad ke 20 dan pentingnya kebutuhan satu bahasa nasional yang mampu menyatukan seluruh rakyat Indonesia jika negera ini ingin merdeka dari penjajahan Belanda. Dengan Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928, sekelompok pemuda tersebut bersumpah satu tumpah darah, satu bangsa dan satu bahasa, yaitu Indonesia.
Sebagai bahasa yang dipilih menjadi bahasa nasional, Bahasa Indonesia adalah bahasa persatuan yang lahir karena suatu keputusan dan perencanaan. Ketika kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bahasa Indonesia pun resmi menjadi bahasa nasional dalam arti yang sesungguhnya.
Bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pemerintahan dan administrasi yang digunakan di dalam situasi formal seperti pidato, penulisan serta bahasa di media masa resmi seperti televisi, radio, koran dan majalah serta buku-buku, juga sebagai bahasa formal yang digunakan sebagai media komunikasi di sekolah-sekolah dan universitas-universitas serta acara-acara resmi lainnya. Teks proklamasi kemerdekaan adalah dokumen resmi pemerintah pertama yang ditulis dalam Bahasa Indonesia.
Dalam proses perkembangannya Bahasa Indonesia berkembang menjadi tombak kekuatan yang menyatukan bangsa Indonesia. Sebuah proses yang menakjubkan dan dikagumi oleh banyak ahli bahasa di seluruh dunia. Bayangkan, rakyat suatu negara kepulauan yang terdiri dari berpuluh puluh suku dengan bahasanya yang berbeda beda berhasil digiring untuk menerima satu bahasa di luar bahasa daerah mereka sebagai bahasa persatuan bangsa, bahasa nasional. Tanpa konflik dan tanpa perdebatan.
Bahasa Indonesia, bahasa persatuan yang dirumuskan dengan teliti lewat perjuangan darah, keringat, dan nyawa adalah sebuah keajaiban yang mampu menyatukan bangsa tanpa kekuatan politik dan militer.
Seharusnya kita bangga pada Bahasa Indonesia. Coba saja tengok Negara tetangga kita Malaysia, Singapura, dan Filipina. Bahasa Melayu dan Tagalog tidak mampu mencapai status sebagai bahasa nasional seperti Bahasa Indonesia di Indonesia karena kuatnya pengaruh Bahasa Inggris. Pada sensus tahun 2001, pemerintah India harus mencetak formulir ke dalam 17 bahasa lokal. Apakah kita mau itu terjadi pada Negara kita, Indonesia, padahal kita memiliki sebuah bahasa nasional yang patut diagungkan, Bahasa Indonesia?
Apakah kita mau menunggu sampai UNESCO memasukkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang terancam punah? Menunggu sampai Bahasa Indonesia menjadi bahasa para leluhur yang akan diteliti seratus tahun lagi? Atau bahkan, apakah kita mau menunggu sampai ada Negara lain yang mengklaim Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mereka? Dan apakah saat itu terjadi, kita layak untuk membela diri dan berusaha mengklaim balik Bahasa Indonesia, padahal kita sudah tidak memedulikan bahkan menganggap remeh Bahasa Indonesia? Apakah  kasus bahasa ini akan sama dengan kasus pengeklaiman tempe, batik, reog ponorogo, tari pendet oleh Negara lain? Di mana kita sudah tidak memberi perhatian pada kekayaan beduaya tersebut, kemudian saat kekayaan budaya tersebut diklaim oleh Negara lain, kita berkoar-koar, marah, tidak terima dan berusaha mengklaim balik. Pantaskah kita untuk melakukan semua itu? Seakan-akan justru masyarakat luar negeri lebih memperhatikan kekayaan Negara kita dibandingkan kita sendiri. Relakah dan siapkah kita jika itu benar-benar terjadi, saat di mana Bahasa Indonesia bukan lagi bahasa nasional kita melainkan milik Negara lain, karena kelalaian kita sendiri?

Priscilla Lisa Chrisanti .K.
X-akselerasi/14

Itu aku langsung copas dari Ms Wordnya nggak aku periksa lagi, jadi mungkin ada beberapa kesalahan di margin,dll nya..

Hmm, gimana perasaan anda setelah membaca artikel di atas? Kalo aku, sih waktu ngerjain ini jadi merasa bersalah..hehe.. ayo kita lestarikan BAHASA INDONESIA!

Labels: ,